Monday, 13 March 2017

Kalian semua pasti pernah merasakan kecewa kan? Kecewa itu ada banyak . ada yang kecewa karena diputusin pacar pas lagi sayang-sayangnya, ada yang kecewa karena pacarnya balikan sama mantannya, ada yang kecewa karena  pacarnya tadi balikkan sama mantannya juga, ada yang kecewa karena pas udah buru-buru ke wc karena pengin boker ga taunya pas boker cuman kentut doang yang keluar, ada yang kecewa karena nyetopin angkot eh angkotnya malah labas udah labas supirnya sok-sok ga ngeliat lagi. Nah yang barusan itu gue banget tuh. Dan masih banyak lagi rasa-rasa kecewa lainnya.

Menurut gue kalo hidup kita ga pernah kenal dengan yang namanya kecewa itu artinya kita harus kenalan dulu. Udah kenalan baru pdkt. Baru deh jadian, terus pacaran. Oke ga nyambung ya. Maksudnya kalo dalam hidup kita ga pernah merasakan kecewa itu hidup kita akan terasa hambar. Sehambar kamu lagi ciuman sama pacar kamu eh ga taunya pacar kamu malah pake masker. Bibirnya ga kerasa yang kerasa malah maskernya.

Dan menurut gue lagi rasa kecewa itu harus ada dalam hidup kita agar kita bisa tau kalo kecewa itu dapat mengingatkan kita untuk selalu kuat dan bersyukur dalam menjalani hidup. Bisa bijak juga ya gue. Oke lanjut. Seperti halnya diatas, hidup kita akan hambar kalo ga pernah merasakan yang namanya kecewa, hidup kita ga akan berwarna kalo apa yang kita jalanin selalu mulus gitu aja. Mulus kayak paha anaknya pak rt. Anak pak rt ditempat gue cowok. Duh sial.

Status gue sekarang adalah mahasiswa tingkat akhir atau semester akhir. Itu artinya gue lagi pdkt sama yang namanya skripsi. Yang namanya skripsi itu ga jauh-jauh dengan yang namanya ngejar-ngejar dosen Cuma buat minta tanda tangan si beliau. Dan yang namanya skripsi juga ga jauh-jauh dengan yang namanya lukisan abstrak yang di lukiskan di skripsi yang udah dibuat semaleman. Alias dicoret-coret. Dan akhirnya gue pun kesel. Gimana ga kesel dosen nyoretnya bukan dilembaran skripsi gue tapi di baju gue . Mau marah ga bisa dia dosen, mau gue cium juga ga bisa dosen gue itu cowok. Kalo pun cewek juga gue mikir-mikir dulu. Alhasil gue cuman bisa pendem rasa kesel gue dengan cara mengikhlaskannya. Seikhlas kita merelakan pacar yang mau balikkan sama mantannya.

Iya jadi akhir-akhir ini gue lagi sibuk ngerjain skripsi gue yang baru mau jalan Bab I. Dalam pengerjaan Bab I skripsi gue ini banyak banget cobaan-cobaan yang harus gue hadepin sendirian. Iya sendirian,  Karena kalo berdua bukan sendirian namanya tapi ya berdua terus kalo bertiga boti namanya alias bonceng tiga. Oke skip.

Cobaan-cobaan yang gue hadepin ini salah satunya adalah revisi skripsi. Revisi skripsi ini sudah pasti kita hadepin. Khusunya buat kalian yang jomblo. Eh maksudnya, khususnya buat kalian dan termasuk gue yang lagi ngerjain skripsi. Karena tanpa adanya revisi, skripsi akan menjadi datar. Datar kayak dada nya temen gue. Iya temen gue kan cowok.

Dalam hal revisi skripsi ini yang buat gue heran kenapa harus dicoret-coret. Itukan gue nulisnya pake tangan gue sendiri bukan pake tangannya mantan. Iya kenapa harus dicoret-coret? Ga kreatif banget huuh. Harusnya yang ekstrim dong, kayak misalnya dibakar kek, atau ga dijadiin bungkus nasi uduk. Jadi kan ga tanggung-tanggung. Iya ga tanggung-tanggung bikin mahasiswanya nangis darah.

Tapi ya bagi gue pribadi, revisi skripsi gue ini ada manfaatnya juga, yaitu agar skripsi gue bisa selesai dengan hasil yang maksimal dan memuaskan. Gpp deh skripsi gue dicoret-coret asal ga dibakar aja sama dosen pembimbing. Eh maksudnya asal skripsi gue bisa maksimal dan memuaskan seperti yang gue harapin. Setelah ngadepin cobaan ini dengan penuh kesabaran.

Disinilah gue bisa mendapat pelajaran berharga bahwa kecewa dalam hidup kita itu perlu, seperti halnya diatas yang udah gue sebutin bahwa kalo hidup kita ga pernah merasakan kecewa, hidup kita akan hambar dan ga pernah kenal dengan yang namanya bersyukur.


kecewa itu menyakitkan, tapi juga menguatkan.

Saturday, 4 March 2017

Tapi, dikarenakan keinginan gua untuk mengasah kemampuan bermusik gua ditambah lagi adanya dukungan dari kawan-kawan gua dikelas, maka akhirnya gua memberanikan diri untuk menjadi anggota di ekskul musik. Karena setelah gua pikir-pikir sekolah hanya berjalan selama tiga tahun setelah itu kita lulus dan meninggalkan sekolah tersebut, artinya kalo gua sampe ga masuk ekskul tersebut maka gua akan menyia-nyiakan kesempatan yang belum tentu gua dapet di bangku sekolah selanjutnya.

tiga tahun gue menjalani masa-masa sekolah menengah pertama gue, maka tiga tahun pula gue menjadi anggota ekskul musik disekolah gue tersebut.bukan tanpa pengalaman gue menjalani tiga tahun sebagai anggota ekskul musik, melainkan banyak sekali pengalaman yang gue dapet dari ekskul musik tersebut. diekskul musik ini gue mengembangkan bakat gue sebagai drummer. iya, drummer ntah gue juga bingung gue ini punya keturunan musik dari siapa, padahal kakek-nenek gue ga ada yang hobi bermain musik, begitu juga bokap-nyokap gue juga ga ada yang bisa bermain alat musik, dan yang anehnya lagi adik-adik gue juga gak ada yang menguasai alat musik. Hiks!

diekskul musik tersebut gue mendapat banyak temen yang sama-sama menyukai musik, sehingga gue pun membentuk sebuah band yang masih sangat amatir. masih sangat amatir, maksdu gue adalah kami bermain musik yaa sebisa dan semasuknya aja. maka dari ekskul musik inilah kami mulai menekuni bakat kami dalam bermain musik dan mulai mengembangkan dan mengembangkan band kami.

lambat laun band kami berjalan di ekskul, disitulah kami, khususnya gue mendapatkan pengalaman bermusik yang lebih dari sebelumnya. iya, kami sering mengisi acara-acara sekolah, seperti acara ulang tahun sekolah, acara agustusan, acara pensi (pentas seni) di sekolah, dan banyak lagi acara-acara sekolah yang kami hibur dengan musik kami. 

ada banyak pengalaman yang kami dapet dari mengisi acara-acara sekolah tersebut, dan pengalaman yang paling gue ingat adalah pengalaman pada saat kami mengisi acara salah satu sekolah swasta yang ada di daerah gue pada saat itu. iya, disekolah itu kami datang dengan pembina band kami (kalo bahasa kerennya manager). kami datang dengan rasa cukup percaya diri bukan dengan rasa yang sangat percaya diri, karena kami biasanya hanya mengisi acara-acara sekolah kami saja, sehingga pada saat sekolah lain mengundang kami untuk mengisi acaranya, disitulah kami merasa canggung.

kami merasa canggung bukan tanpa sebab, melainkan karena disekolah tersebut, tidak ada yang mengenal kami, sedangkan sekolah tersebut juga mempunyai bandnya sendiri untuk mengisi acara sekolahnya tersebut, tapi mau bagaimana pun kami harus tetep percaya diri, karena walaupun kami ga ada yang kenal dengan siswa-siswi disekolah tersebut, tapi kami percaya bahwa kami diundang karena kami mampu menghibur sekolah mereka dengan musik kami.

pada saat acara sekolah tersebut dimulai kami pun mempersiapkan diri untuk penampilan kami dihari itu, kebetulan pada acara tersebut kami tampil pada saat penutupan acara tersebut. acara pun dimulai dan band-band asal sekolah swasta tersebut ditampilkan satu persatu, dan....waw mereka keren-keren sekali, seperti bukan band amatiran. 

setelah cukup lama acara sekolah tersebut berjalan, tibalah saat penutupan acara, band kami pun tampil dengan kepercayaan diri seadanya, dan membawa nama baik sekolah, walaupun ini hanya acara biasa bukan lomba band, tapi tetep saja kami harus menjaga nama baik sekolah.

band kami pun tampil, dan gue pun masih inget lagu yang kami bawakan pada saat itu adalah lagi dibalik hari esok - pee wee gaskins , dannnn.......penonton yang mayoritas siswa-siswi sekolah tersebut pun bersorak mendukung kami dan mereka pun ikut bernyanyi. disitulah kepercayaan diri gue yang tadinya turun langsung naik drastis, dan gue pun kian semangat menggebuk drum dan menyelesaikan lagu yang kami bawakan tersebut. setelah lagu selesai kami bawakan penonton pun masih bersorak seakan tidak membolahkan kami untuk berhenti bermain musik, namun kami harus mematuhi waktu yang telah disediakan pada acara tersebut. dan kami pun kembali ke sekolah dengan rasa senang, walaupun kami tidak mendapatkan hadiah layaknya lomba, tapi setidaknya kami mendapatkan pengalaman berharga dalam mengolah bakat bermusik kami.

tiga tahun gue menjalain sekolah menengah pertama dan tiga tahun pula band kami berjalan, bahkan setelah lulus dari bangku SMP pun kami masih tetap menjalani band kami, walaupun kami tidak dalam satu sekolah yang sama lagi. 

tapi walaupun kami tetap menjalani band kami, bukan tidak mungkin kalau masalah terus datang kepada kami. iya masalah yang datang pun beragam, seperti misalnya ada salah satu personil kami yang tidak bisa ikut latihan dengan alasan sibuk dengan tugas sekolahnya, dan masih banyak lagi yang mebuat kami jarang latihan, sehingga dengan banyaknya masalah yang terus berdatangan kami pun memutuskan untuk membubarkan band kami. iya, band yang sudah kami bangun selama empat tahun dan dengan segala pengalamannya itu pun selesai alias bubar. 

setelah band gue tersebut bubar, apakah gue mencari personil baru untuk membuat band baru? jawabannya enggak. gak tau kenapa pada saat itu gue jadi males nyari personil untuk ngebentuk band lagi, mungkin masih terbawa rasa kecewa karena band gue yang udah dibangun selama empat tahun tersebut bubar gitu aja. 

karena menurut gue, dalam membentuk sebuah band itu enggak bisa asal-asalan. membuat band itu harus diawalin dan dibangun dengan komitmen yang kuat. selesai disini akhirnya gue pun memutuskan untuk tidak membentuk band lagi, sampe waktu untuk ngebentuk band lagi datang pada saat yang pas, entah kapan waktu yang pas itu datang gue pun gak tau. 

hingga akhirnya selama gue duduk dibangku SMA hingga sekarang gue kuliah gue cuman bisa menjadi penikmat musik aja, dan masih belum bisa untuk ngebentuk band gue kembali.

dan satu hal yang belum gue dapet dari band gue dulu adalah gue belum pernah ikut dan memenangi acara lomba musik, itulah salahsatu mimpi gue yang belum bisa gue capai.....semoga kelak gue bisa ngebentuk band gue lagi dan mencapai mimpi-mimpi gue dalam bermusik.

selesai....